Rabu, 09 November 2011

my M

Saat itu aku sedang berada pada kegalauan. Aku berdiri di ujung jalan yang seakan tidak akan berujung. Kemana aku harus pergi? Di belakangku terdapat hamparan padang rumput -luas dan bebas. Ilalang bergoyang menggodaku untuk datang kepadanya. Mereka menjanjikan aku rasa lega dan kebahagiaan.Aku memandang mereka sekali lagi, benarkah aku ingin mengikuti lekuk tumbuhan hijau tersebut?
Tiba-tiba petir menyambar, aku pun sadar langit sedang mendung -murung tak seperti biasanya. Di samping kananku terdapat mulut gua yang menyediakan kegelapan. Aku tidak melihat cahaya, aku bahkan tidak yakin ada jalan keluar dari tempat itu.Tetapi aku harus kesana! Kalau aku tidak ingin tubuhku basah kuyup karena air mata langit.
Dengan sedikit keraguan aku melangkah perlahan-lahan. Disana lembap, dan gelap -tentu saja. Aku duduk termenung melihat rerumputan yang basah. Air mata langit turun begitu aku menapakkan kaki di gua ini. Tahukah kamu? Aku begitu takut dengan petir dan sekarang aku menggigil. Sisi lain dalam diriku mengatakan untuk masuk lebih dalam ke arah gua, namun aku takut. Instiusiku menggerakkan segalanya, dan beberapa saat kemudian kutemukan diriku dalam kegelapan. Aku meraba kesana kemari, menyentuh apapun yang bisa membawaku ke ujung gua. Harapan kecilku menyeruak dari rasa ketakutan.
Aku terjebak! Sepertinya di dalam gua ini ada labirin yang sengaja dibangun untuk membuatku tersesat. Aku menangis pilu, panik, dan begitu ketakutan. Dari kejauhan aku melihat secercah cahaya. Cahaya yang tidak kuketahui dimana letaknya. Cahaya yang memberiku kehangatan.
"Jangan pergi cahaya! Tarik aku keluar dari tempat menyeramkan ini, Aku begitu sakit disini!"
Dia mendekat. Ya, dia semakin dekat dan aku semakin merasakan kehangatannya. Dia membimbingku keluar pelan-pelan. Namun dia menjerumuskanku kembali! Aku semakin terisak dalam ketakutan. Kemudian dia menghilang. Cahaya itu tidak lagi muncul, ia bak terseret ke dalam bumi tempatku berpijak.
Aku sendiri. Aku harus membawa diriku ini entah kemana kegelapan mengarahkanku. Tanganku meraba-raba kembali, mencoba menemukan hal-hal yang tak terlihat. Tetapi aku terjatuh! Berulang kali aku berusaha sendiri, aku tetap terjatuh. Oh Cahaya, andai kau tahu betapa aku membutuhkanmu....
Lama kemudian dia datang dan menemukanku menangis bersama tanah lembap. Aku memandang sinis ke arahnya, "Untuk apa kau kesini?" Dia terdiam. Dia berusaha menjelaskan dengan semburat cahayanya. Aku menolak, tetapi tak memungkiri kerinduanku padanya. 
Uluran kehangatannya mengarah tepat di hatiku. Aku luluh.
Dia berada tepat disana. Dan dia membimbingku untuk menemukan jalan keluarku sendiri. Aku tertatih-tatih dan dia menjagaku agar tidak terjatuh. Hingga aku keluar dan dapat tersenyum bahagia.

Terimakasih untuk semuanya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Dreamer. August, 16 1995